Tulisan – TIDAK TERTANDINGI WALAU SEDEKAH EMAS SEBESAR GUNUNG UHUD

Ceramah Yusuf Mansur – TIDAK TERTANDINGI WALAU SEDEKAH EMAS SEBESAR GUNUNG UHUD

Kisah itu berawal ketika Umar keluar masjid bersama al-Jarud al-‘Abdi dan yang lain. Tiba-tiba ada wanita tua di jalan. Umar kemudian mengucapkan salam kepadanya. Wanita itu pun menjawab salamnya. Dalam riwayat al-Darimi diterangkan bahwa wanita itu kemudian meminta Umar untuk berhenti. Umar pun mendekat dan menundukkan kepalanya demi mendengarkan wanita tersebut berbicara. Selanjutnya wanita itu memberi wejangan, ”Bertakwalah engkau kepada Allah dalam mengurus rakyat. Ketahuilah, barangsiapa yang takut akan ancaman Allah maka yang jauh (hari akhirat) akan terasa dekat. Barang siapa yang takut akan kematian, maka ia akan khawatir kehilangan kesempatan.”

Para sahabat yang berdiri bersama Umar kemudian bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, engkau telah menghentikan sekian banyak orang (ikut berhenti karena tidak mau mendahului umara) demi wanita renta ini?” “DEMI Allah andaikan dia berdiri sampai malam, maka aku tidak akan meninggalkannya kecuali untuk shalat.” Begitulah komitmen Umar Radhiyallahu ‘anhu untuk setia mendengarkan taushiah (nasehat) wanita renta di pinggir jalan. Padahal ketika itu Umar adalah seorang khalifah. Khalifah itu pemimpin dunia Islam, bukan negara, atau kerajaan yang dinamakan sultan dsb.

Siapa pun yang mengetahui kisah ini akan semakin kagum kepada Umar. Ia rela menghentikan langkahnya, lalu mendengar dengan seksama petuah wanita itu meski dalam waktu lama. Ini adalah teladan luar biasa yang tidak banyak dilakukan manusia, apalagi orang yang merasa telah menempati posisi terhormat di masyarakat. Rumus ini bukanlah kesimpulan manusia, tetapi kesimpulan Sang Pencipta manusia. Jika demikian, rumusan ini pasti benar, tanpa boleh diragukan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf [7]: 179)

Satu-satunya rumus untuk menjadi manusia yang baik adalah menaati petunjuk Sang Pencipta yang terangkum dalam wahyu-Nya. Dalam rangka itu mesti ada proses penerimaan informasi mengenai tuntunan tersebut.

Tersumbatnya informasi berakibat fatal. Manusia bisa gagal menjadi baik.

Jadi, Allah Yang Maha Bijaksana tidak mungkin menutup pintu informasi tersebut bagi hamba-Nya. Inilah yang diterangkan Allah Ta’ala dalam al-Qur`an:

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لاَ يَعْقِلُونَ
وَلَوْ عَلِمَ اللّهُ فِيهِمْ خَيْراً لَّأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعْرِضُونَ

“Sesungguhnya mahluk bergerak yang bernyawa yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang tuli dan bisu yang tidak mengerti apa-apapun. Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar.” (Al-Anfal [8]: 22-23)

Setiap informasi dari kitabullah dan hadist, sunnah para Nabi, Shahabat, Tabiin yang berkilau telah terjamin mengenai peluang kebaikan, baginya adalah temuan paling berharga. Terlebih dizaman ini saudaraku… Tidak mengherankan bila Allah Ta’ala menyebutkan bahwa sikap ambisius untuk berburu INFORMASI kebaikan dengan menyeleksi secara seksama setiap ucapan tentang PETUNJUK ALLAH adalah ciri pertama kepribadian para hamba-Nya.

Tidak sedikit ayat-ayat Alquran di mana di dalam surat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menyanjung mereka, salah satunya adalah Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir- sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنْفَقَ أَحَدُكُمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ

“Janganlah kalian mencaci sahabat-sahabatku, seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, maka (infaknya tersebut) tidak menandingi satu mud atau setengah mud (infak) salah seorang dari mereka.” (Muttafaq alaihi, Mukhtashar Shahih al-Bukhari no. 1755, Mukhtashar Shahih Muslim no. 1746)

Emas sebesar Uhud dari kita tidak menandingi satu bahkan setengah mud salah seorang dari mereka. Sebuah perbandingan yang boleh dikatakan antara langit dan bumi. Hal itu tidaklah aneh dan bukanlah sesuatu yang mengherankan, karena mereka adalah generasi terbaik umat ini dengan kesaksian Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam,

خَيْرُ الْقُرُونِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka.” (HR. al-Bukhari dari Ibnu Mas’ud dan Muslim dari Imran bin Hushain. Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1118; dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 1743)

Mari semuanya bersemangat, janganlah melihat siapapun asalkan ia bicara benar mengingatkan kita jalan kebenaran yang sudah Allah jamin yaitu generasi awal Islam dan mengikuti sunatullah mereka, semuanya EMAS, kenapa karena Allah yang menjamin Para Nabi dan shahabatnya. Semoga diantara kita tidak lagi menutup kuping, berbeda jalan, EGP dengan semua petunjuk Allah yang diperuntukkan untuk kita, jauhi semua pendapat yang berbeda dengan Sunatullah Petunjuk, ikutilah yang sama walaupun pahit sekalipun karena itulah EMAS kita yang sesungguhnya.

Semoga kita semua saling mencintai karena Allah, betapa beratnya menjalani zaman ini melihat tidak sedikit saudara kita beragama sesuai pendapat berbeda, marilah kita sama-sama belajar, perhatian terhadap hadist shahih, ayat-ayat Allah, kisah para Shahabat, tabiin semoga bisa dibuat kisahnya yaa disini, semua bisa menyimak dicatat, disebarkan agar menjadi rahmat kita semua karena ilmu Allah ini beneran emas dalam kita mengamalkan Al Islam. Yaa Robb kami disini, para rekanan Ustadz dan Assatidz mencintai para shahabat jamaah semua.. jadikanlah kami bisa membuat yang terbaik bagi saudara kami, amin

Pos ini dipublikasikan di Tulisan Yusuf Mansur. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar